Suaranetizen.id, Bandar Lampung – Ketua Komisi lV DPR RI juga Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung Sudin, menjadi pembicara dalam webinar kebangsaan tentang kedaulatan pangan dan gizi guna mewujudkan generasi penerus bebas stunting menuju Indonesia emas 2045.
Kegiatan tersebut berlangsung di Kantor DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi Lampung di Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar Lampung. Webinar Kebangsaan itu juga diikuti secara daring oleh para peserta yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.
“Saya memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada LDII, karena telah mengangkat isu yang sangat penting ini, yaitu kedaulatan pangan dan gizi dalam mewujudkan generasi penerus bebas stunting dan visi misinya sama dengan Bung Karno,” kata Sudin, Sabtu (23/9/2023).
Sebab kata Sudin, tema tersebut sangat relevan ditengah berbagai isu tentang krisis pangan yang tengah melanda beberapa negara di dunia. Tentu hal itu juga kata Sudin harus menjadi perhatian bagi pemerintah dan segenap masyarakat bangsa.
“Karena ketersediaan dan akses pangan dan gizi yang cukup merupakan hak hidup mendasar yang harus dicukupi oleh negara untuk rakyat. Salah satu faktor penunjang keberhasilan pembangunan adalah, sumber daya manusia (SDM) produktif dan berkualitas,” tegasnya
Dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 276 juta jiwa, penyediaan pangan dan gizi yang cukup bagi bangsa Indonesia merupakan pekerjaan yang membutuhkan upaya, keseriusan dan perhatian serta kerja sama dari semua stakeholder yang terlibat di dalamnnya.
“Indonesia saat ini memasuki era bonus demografi dimana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif. Jika bonus demografi ini dapat dikelola dengan baik oleh pemerintah, kondisi ini akan menjadi modal penting untuk membangun untuk menuju 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045,” ujarnya.
Asupan pangan dan gizi kata dia, merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan SDM usia produktif yang berkualitas, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Upaya pemenuhan pangan dan gizi, mengalami berbagai tantangan.
“Tantangan terbesar yang dihadapi .saat ini adalah, perubahan iklim ekstrim dan El Nino. Hal ini dapat berdampak pada kekeringan, gangguan musim tanam, penyakit dan hama, penurunan kualitas tanaman hingga ketidakstabilan pasar,” imbuhnya.
Pada akhirnya, lanjut dia semua hal ini dapat berdampak pada ketersediaan pangan di masyarakat. Dikhawatirkan, dengan berkurangnya pasokan pangan yang bergizi, dalam jangka menengah dan panjang berdampak pada food security.
Tngginya angka stunting yang saat ini prevalensinya berada di angka 21,6% pada tahun 2022. Angka tersebut masih dibawah angka standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20%, masih jauh dibawah angka rata-rata yang ditetapkan oleh Presiden RI, yaitu 14%.
“Sehingga saya berpendapat untuk Kedaulatan Pangan dan Gizi Guna Mewujudkan Generasi Penerus Bebas Stunting Menuju Indonesia Emas 2045 merupakan hal yang tidak bisa di tawar lagi dan tidak bisa ditunda lagi,” tegasnya.
Untuk mewujudkannya, lanjut Sudin dapat dimulai dari lingkup terkecil, yaitu melalui pemanfaatan pekarangan untuk melakukan kegiatan budi daya tanaman maupun budi daya ikan dari tingkat rumah tangga hingga kelompok baik kelompok tani maupun lembaga pendidikan.
“Seperti yang telah dilakukan oleh pondok pesantren Nurul Huda di Lampung Selatan, yang secara mandiri melakukan budidaya ikan nila dan lele, ternak kambing dalam upaya pemenuhan gizi santri-santrinya. Tentu saja hal ini bisa menjadi inspirasi bagi yang lainnya,” terangnya.
“Saya sangat mendukung tercapainya kedaulatan pangan dan pemenuhan gizi, melalui dukungan anggaran yang diberikan kepada Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional meskipun dari tahun ke tahun tren anggarannya mengalami penurunan,” tambahnya.
Dengan anggaran Kementerian Pertanian tahun 2023 dan 2024 masing-masing sebesar Rp15,318 Triliun dan Rp14,734 Triliun, karena data yang dibuat tidak sesuai dengan realita, hari ini harga beras medium sudah mencapai Rp13.000 harga gabah siap giling di Jawa Tengah Rp7500-8000.
Kemudian anggaran Badan Pangan Nasional sebesar Rp464,77 Miliar (2023) dan Rp442,63 Miliar (2024), Sudin berharap dapat dimanfaatkan dengan baik, melalui perencanaan penyusunan program dan kegiatan yang matang dan terukur.
Sehingga mendapat hasil produksi pangan sesuai target yang ditentukan.Sebagai gambaran, untuk produksi padi sejak tahun 2018 hingga 2022 berturut-turut sebanyak 59,2 juta ton GKG (2018), 54,6 juta ton GKG (2019), 54,65 juta ton GKG (2020), 54,42 juta ton GKG (2021) dan 54,75 juta ton GKG (2022).
“Jika kita bandingkan antara jumlah produksi. Dengan anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yaitu Rp6,67 Triliun (2018) yang terus mengalami penurunan anggaran menjadi Rp3 Triliun pada tahun 2023. Ternyata, penurunan anggaran tidak berdampak signifikan terhadap jumlah produksi,” jelasnya.
“Artinya, bisa saja untuk jumlah alokasi anggaran yang sama dialokasikan untuk kegiatan pengembangan komoditas pertanian lain, sehingga menjadi lebih beragam. Hal ini Saya rasa dapat menjadi salah satu topik diskusi pada webinar hari ini,” sambungnya.
Sudin juga melihat perlunya dukungan program dan penganggaran dalam pembangunan pertanian khususnya pembangunan pangan dengan pengalokasian anggaran yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas pangan utama, hingga upaya peningkatan penganekaragaman pangan guna mengatasi kerawanan pangan.
“Melalui kegiatan Webinar Kebangsaan hari ini, saya berharap dapat diperoleh masukan-masukan dan ide yang konstruktif yang akan bermuara pada strategi dan pendekatan yang akan dikembangkan dalam perlindungan dan pemberdayaan pertanian keluarga,” paparnya.
Sehingga kata dia akan berkontribusi pada terjaganya ketahanan pangan dan gizi saat situasi darurat sekalipun. Ia berharap perhatian dan dukungan LDII terhadap isu pangan dan gizi tidak berhenti sampai di webinar ini aja.
“Melainkan terus memberikan dukungan kepada Pemerintah dalam mencapai kedaulatan pangan. Terlebih lagi, pangan dan kesehatan sebagai merupakan salah satu komoponen 8 bidang pengabdian dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia,” pungkasnya. (*)