Suaranetizen.id, MEDAN – Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia kini patut diwaspadai bersama. Pasalnya, perang tak lagi menggunakan senjata apalagi dengan tenaga. Kini perang sudah masuk ke generasi kelima yakni Cyber Warfare.
“ Cyber Warfare adalah perang yang menggunakan sistem komputer dan jaringan sistem komputer melalui ruang Siber (cyberspace). Baik dalam bentuk menyerang maupun bertahan,” kata Sekjen Menteri Pertahanan Tahun 1999-2020, Laksdya TNI (Purn) Dr. Agus Setiadji, SAP, MA. di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubernur Sumatera Utara, Selasa (7/2/2023).
Pernyataan Dr. Agus Setiadji, S.A.P, M.A tersebut saat memberi materi workshop bertemakan dari wartawan migrasi ke pengusaha media Siber dan berevolusi menjadi Siber pertahanan yang diselenggarakan oleh Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sumatera Utara dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2023.
Generasi perang sebelumnya, beber Dr. Agus Setiadji. Generasi pertama yakni perang dilakukan secara formal, tertib dan rapi secara linier dan musuh berhadapan. (Massed manpower). Generasi perang kedua, massed firepower yakni perang dengan menggunakan senapan Laras panjang. Contoh perang dunia I dan perang saudara Amerika.
“Generasi perang ketiga yakni perang menggunakan taktik modern, serangan kilat dan pendadakan, manouvet Warfare, tank, pesawat tempur. Contoh perang dunia II dan perang Vietnam,” beber Agus Setiadji.
Kemudian generasi perang keempat yakni perang terrorism dan berlarut. Contoh perang melawan terorisme ISIS di Irak dan Suriah.
“Sementara generasi perang kelima saat ini yakni perang Siber. Inilah perlu perhatian bersama yang mengancam pertahanan negara,” tegasnya.
Sementara organisasi pertahanan Siber dunia dimiliki negara Amerika Serikat tahun 2009 membentuk united stated cyber command (US Cybercom) di bawah united stated strategic command (US Startcom). Lalu, NATO cooperative cyber defense center of excellence (NATO CCD COE).
“Negara lain yang memiliki pertahanan Siber, yakni Israel, Australia, Cina dan Inggris.” bebernya.
Pada acara workshop tersebut juga dihadiri oleh Ketua Umum SMSI, Drs. Firdaus. Bobby Adhityo Rizaldi. SE. Ak., M.B.A, sebagai ketua Dewan Pakar SMSI Pusat, (anggota DPR RI Komisi 1 ), Ilona Juwita Departemen Pengembangan Usaha SMSI Pusat, Hendry Ch Bangun ( Wakil Ketua Dewan Pers 2019 – 2022), perwakilan SMSI dari seluruh Indonesia, mahasiswa, Pelajar, ormas, dan perwakilan organisasi masyarakat.
Agus Setiadji dihadapan peserta Workshop juga menerangkan, bahwa tantangan media Siber ke depan sangat berat, Media siber harus menjadi garda terdepan dalam menjaga keseimbangan bernegara.
Agus Setiadji juga memberikan penjelasan tentang karakteristik media, perkembangan lingkungan strategis Revolusi Industri 4.0, perang Siber sebagai Perang Generasi kelima, Generasi Pertahanan Siber Dunia, serta bagaimana berprilaku bermedsos.
Media siber juga diharapkan mencegah terjadinya polarisasi ditengah masyarakat.