Suaranetizen.id – Sampah dan limbah selalu jadi masalah. Nggak di kota nggak di desa. Meski jadi masalah, namun hanya segelintir dari kita yang peduli, apalagi punya kesadaran diri. Yang ada hanya mencari salah dan marah-marah.
Hidup kita pun sebenarnya berceceran sampah. Kelihatan bersih namun banyak salah. Kelihatan diam namun menyimpan dendam. Kelihatan sabar namun mudah terbakar. Kelihatan baik, namun munafik. Kelihatan ganteng dan cantik, namun suka gosip. Kelihatan bersih namun kotor. Kelihatan suci namun dosa merah seperti kimirzi.
Meski lusuh, kotor, dan penuh dosa, kita tetap istimewa dan berharga. Tuhanlah yang buat kita istimewa dan berharga. Sang Pencipta bukan hanya membersihkan yang kotor dalam diri kita, tapi Dia membuat hati kita seperti Dia. Menerima dengan cinta setiap kemarahan, penolakan, kebencian, cacian, nyinyiran dan komentar.
Mengampuni dan mendoakan yang bersalah kepada diri. Hati tulus mengampuni mereka yang memusuhi. Mencintai seperti Tuhan mencintai.
Meski semua itu tak mudah, bukan berarti imposible. Ubah dari imposible menjadi posible. Ingat hal buruk yang kita alami dampaknya hanya 10%. 90% sisanya bergantung reapon dan sikap. Ambil yang baik, buang sampahnya. Itulah misteri loving and forgiving. Deo gratias.
Edo/Rio.scj.